Baghdad
![]() |
Baghdad City, Arabian Nights |
Kota Bagdad didirikan di tepi barat Tigris di suatu waktu antara tahun 762 dan 767 oleh kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah al-Mansyur. Kota ini kemungkinan dibangun di bekas sebuah perkampungan Persia. Kota ini menggantikan Ctesiphon, ibu kota Kekaisaran Persia dan Damaskus sebagai ibu kota sebuah kekaisaran Muslim yang mencakup wilayah dari Afrika Utara hingga Persia. Asal mula namanya tidak diketahui secara pasti: ada yang percaya ia berasal dari bahasa Persia untuk "pemberian Tuhan" ("bag" (Tuhan) dan "dad" (pemberian)), sementara yang lainnya yakin bahwa ia berasal dari sebuah kalimat dalam bahasa Aramaik yang berarti "kandang domba." Sebuah dinding yang melingkar dibangun di sekeliling kota ini sehingga Bagdad dikenal sebagai "Kota Bulat".
Dikelilingi 3 tembok benteng, kota ini terbagi jadi 4 bagian sama, dengan 4 jalan utama dari istana kholifah ke arah masjid agung dan terus menyebar ke seluruh Iraq. Meliputi kira-kira 2 mil pada tepi timur antara gerbang alun-alun al-Mu'azzam di utara dan alun-alun ash-Shorqui di selatan, pada zaman modern pun kota kuno Bagdad masih bisa dikenali dalam istana Abbasiyah dari akhir abad ke-12 atau 13, dalam basaar-basaar penuh tembaga dan emas, serta di masjid dan pemandian umum, yang dibangun 4 abad kekuasaan kerajaan Ottoman (1535-1918).
Bentuk melingkar Bagdad tentu saja merupakan bukti bahwa ia mencontoh daripada kota-kota Persia seperti Firouzabad di Persia. Malah kini diketahui bahwa kedua desainer yang disewa al-Mansyur untuk merencanakan kota tersebut adalah Nowbakht, mantan Zoroastrian Persia, dan Mashallah, seorang bekas Yahudi dari Khorasan, Iran.
Kota ini segera menjadi pusat peradaban yang kosmopolit dan cikal-bakal modernitas. Beberapa institusi pendidikan yang berdiri pada masa itu adalah Universitas Baghdad, Universitas al-Hikmah, dan Universitas al-Muntasyiriyah. Demikian Ensiklopedia Islam memaparkan.
Khalifah kedua Dinasti Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansur, sudah memiliki visi pembangunan Baghdad. Pada mulanya, Baghdad hanyalah kawasan periferi. Sebelum memutuskan Baghdad sebagai ibukota, al-Mansur mengirimkan sejumlah pakar untuk meneliti keadaan geografis dan sosial wilayah tersebut.
Denah awal kota ini berbentuk lingkaran yang dikelilingi tembok selebar 50 hasta dengan tinggi 90 kaki. Di luarnya dijaga dengan parit yang dalam. Ada empat gerbang utama sebagai pintu masuk ke kota-benteng ini.
Para khalifah Abbasiyah sepeninggalan al-Mansur berlomba-lomba memperindah Baghdad. Tidak mengherankan bila pada 800 Masehi, Baghdad menjadi kota unggul tempat peradaban-peradaban global bertemu dan bertukar informasi.
Jumlah penduduk Baghdad pada masa itu mencapai lebih dari satu juta jiwa. Hal itu menjadikannya kota modern yang mendahului zamannya, bila dibandingkan dengan “kota-kota” lain di Asia maupun Eropa.
Puncak Kejayaan Baghdad
Era keemasan Baghdad berlangsung dalam masa pemerintahan Sultan Harun al-Rasyid (786-809) dan Khalifah al-Ma’mun (813-833). Sultan Harun al-Rasyid mendirikan pusat peradaban atau perpustakaan Bait al-Hikmah, yang tetap bertahan hingga abad ke-13 Masehi.
Sebelum dihancurkan serbuan balatentara Mongol pada 1258, Bait al-Hikmah merupakan pusat transfer ilmu pengetahuan dari pelbagai penjuru dunia, utamanya Yunani, Suriah, India, dan Persia. Para sarjana yang bekerja dan menggelar aktivitas di sana memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi dasar sains dan filsafat modern.
Mereka menerjemahkan teks-teks keilmuan dari pelbagai bangsa ke dalam bahasa Arab—yang kemudian menjadi rujukan peradaban Barat modern “menemukan kembali” peradaban Yunani Kuno. Cakupan keilmuan yang berkembang di Bait al-Hikmah merentang luas, antara lain, mulai matematika, kedokteran, kimia, biologi, kartografi/geografi, astronomi, hingga pemikiran serta kalam.
Dalam masa kekuasaan putra Sultan Harun al-Rasyid, Khalifah al-Ma’mun, Bait al-Hikmah kian cemerlang. Lembaga penerjemahan teks-teks asing berubah menjadi perguruan tinggi. Istana khalifah, rumah para terpelajar, masjid, serta perpustakaan di Baghdad menjadi lokasi yang didatangi para sarjana dari pelbagai negeri.
Baghdad menjadi ramai oleh cendekiawan-cendekiawan yang berwawasan global. Bahkan, sang khalifah ikut terlibat langsung dalam aktivitas keilmuan. Para sarjana yang aktif di Bait al-Hikmah mendapatkan dukungan finansial dari istana. Kemajuan semakin nyata setelah kekhalifahan Islam tersebut mengadopsi pengetahuan tentang pembuatan kertas dari Cina.
Dengan demikian, karya-karya terjemahan dapat diabadikan, bukan sekadar gulungan daun papirus lagi. Terjemahan ini mencakup karya-karya para pemikir Yunani Kuno, utamanya Aristoteles, Phytagoras, Hippocrates, Plato, Socrates, dan Euclid.
Untuk menyebutkan beberapa nama ilmuwan Muslim yang aktif di Bait al-Hikmah. Di antaranya adalah pakar matematika sekaligus penggagas Aljabar dan algoritma, Ibn al-Khawarizm. Dia pula yang memperkenalkan konsep angka nol, yang diadopsinya dari sistem bilangan Hindi. Selain itu, ada Bapak Ilmu Optik Modern, Ibnu al-Haytami.
Setelah Baghdad hancur akibat serangan Hulagu Khan pada 1401 dan Timurlenk, Dinasti Khan menguasai kota tersebut hingga satu abad berikutnya. Namun, ada hikmah di balik penyerbuan itu karena menjadi jalan bagi Islamisasi orang-orang Turki.
Banyak sumber sejarah yang mengisahkan kekejaman pasukan Mongol:
1. Perpustakaan Agung Baghdad, yang menyimpan banyak sekali dokumen sejarah dan buku yang sangat berharga dalam berbagai bidang mulai dari pengobatan sampai astronomi, dihancurkan. Orang-orang yang selamat melaporkan bahwa air sungai Tigris menjadi hitam akibat tinta dari banyak sekali buku yang dibuang ke sungai itu dan juga menjadi merah akibat darah dari para ilmuwan dan filsuf yang dibunuh di sana.
2. Para penduduk berusaha kabur namun mereka dicegat oleh pasukan mongol dan dibantai tanpa ampun. Martin Sicker menyebutkan bahwa hampir sembilan puluh ribu orang mungkin dibantai. Beberapa pekiraan lainnya jauh lebih tinggi. Wassaf mengklaim bahwa korban jiwa mencapai beberapa ratusan ribu. Ian Frazier dari The New Yorker mengatakan bahwa perkiraan korban jiwa bervariasi dari dua ratus ribu hingga satu juta orang.
3. Pasukan Mongol menjarah dan kemudian menghancurkan masjid, istana, perpustakaan, dan rumah sakit. Bangunan-bangunan besar yang merupakan hasil karya beberapa generasi dibakar sampai habis.
4. Khalifah dipaksa menonton ketika penduduknya dibantai dan harta bendanya dirampas. Menurut sebagian besar sumber, khalifah dibunuh dengan cara diinjak-injak oleh kuda. Pasukan mongol menggulung khalifah dalam sebuah karpet, dan mereka lalu menunggang kuda di atas badannya, karena mereka percaya bahwa bumi akan marah jika ada darah penguasa yang ditumpahkan. Semau putraya dibunuh kecuali satu orang, yang kemudian dikirim ke Mongolia, di sana para sejarawan Mongolia melaporkkan bahwa dia menikah dan memiliki anak, tetapi dia tidak terlibat apa-apa lagi dalam perkembangan Islam.
5. Hulagu harus memindahkan perkemahannya ke luar dari kota akibat bau busuk yang sangat menyengat di dalam kota.
6. Jumlah penduduk Baghdad jauh berkurang dan kota itu menjadi reruntuhan selama beberapa abad berikutnya dan hanya secara perlahan pulih dan memperoleh sedikit dari kejayaan lamanya.
Komentar
Posting Komentar